Newsblog

Jejak Syiar Islam di Bumi Tanadoang, Selayar Tawarkan Pesona Wisata Religi Sejarah

KEPULAUAN SELAYAR – Kabupaten Kepulauan Selayar, yang dikenal luas dengan keindahan baharinya, ternyata menyimpan kekayaan lain berupa potensi wisata religi yang kuat. Jejak syiar Islam yang bersejarah di pulau ini menarik minat wisatawan yang mencari kedamaian spiritual dan ingin menelusuri peninggalan peradaban masa lampau. Salah satu destinasi utama wisata religi di Selayar adalah Masjid Tua Gantarang Lalang Bata. Terletak di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontomanai, masjid ini diyakini sebagai masjid tertua di Provinsi Sulawesi Selatan, bahkan usianya disebut lebih tua dari Masjid Tua Katangka di Gowa. Keberadaan masjid kuno dengan arsitektur khas ini menjadi bukti bahwa Kepulauan Selayar merupakan salah satu pintu masuk awal penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Selain Masjid Tua Gantarang, pengunjung juga kerap melakukan ziarah ke Makam We Tenri Dio. Ziarah makam, khususnya makam tokoh-tokoh penyebar agama, merupakan bagian penting dari budaya religi masyarakat Selayar. Makam ini menunjukkan adanya akulturasi antara budaya Islam dan budaya lokal yang masih mengakar dalam kehidupan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terus berupaya mempromosikan destinasi-destinasi bersejarah ini. Upaya ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa Selayar tidak hanya menawarkan panorama laut yang memukau, tetapi juga memiliki warisan budaya dan sejarah Islam yang bernilai tinggi. Wisata religi di Selayar menawarkan pengalaman unik, menggabungkan perjalanan spiritual, napak tilas sejarah, dan kesempatan untuk menikmati keindahan alam perbukitan di sekitar situs bersejarah. Diharapkan, dengan pengembangan wisata religi ini, Selayar dapat menarik segmen wisatawan yang lebih luas dan mendorong peningkatan ekonomi lokal, khususnya di desa-desa yang menjadi lokasi situs-situs bersejarah tersebut. Bagi para peziarah dan penggemar wisata sejarah, mengunjungi situs-situs religi di Selayar adalah kesempatan emas untuk menyaksikan langsung bukti penyebaran Islam di Nusantara bagian timur, sekaligus merasakan ketenangan di "Bumi Tanadoang".